Senin, 08 Desember 2014

Teori Sosial: Globalisasi

Pengertian

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
  • Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
  • Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
  • Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
  • Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
  • Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Ciri globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
  • Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
  • Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
  • Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
  • Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Teori globalisasi

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
  • Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
  • Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
  • Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
  • Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
  • Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Berkas:Mcdonalds oslo 2.jpg Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.

Sumber : Wikipedia

Kamis, 04 Desember 2014

TERJEMAH QAWA'IDUL I'LAL ILMU SHOROF (LENGKAP)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى وَقَانَا وَنَجَّيْنَا مِنْ اْلأَسْقَامِ وَالْعِلَلِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِى هَدَانَا وَأَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ والضَّلاَلِ، وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى الدِّيْنِ بِاْلأَنْفُسِ وَاْلأَمْوَالِ. 
أَمَّا بَعْدُ، هَذِهِ قَوَاعِدُ اْلإِعْلاَلِ فىِ الصَّرْفِ لِشَيْخِ مُنْذِرْ نَذِيرْ – سكَارَانْ رَحْمَةُ اللهُ عَلَيْهِ، مَعَ حَذْفِ مَا فىِ اْلأَصْلِ مِنَ اللُّغَةِ الْجَاوِيَةٍ وَتَرْتِيْبِ بَعْضِ قَوَاعِدِهِ. كَتَبْتُهَا تَذْكِرَةً لِنَفْسِيْ وَ ِلأَبْنَاءِ جِنْسِنَا، وَتَسْهِيْلاً لِيْ وَلَهُمْ فِى حِفْظِهَا، وَدَخْرًا لِيْ وَلِوَالِدَيَّ فىِ الْيَوْمِ الْقِيَامَةِ. آمِيْنَ.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah menjaga kita dan menyelamatkan kita dari penderitaan-penderitaan dan penyakit-penyakit. Sholawat dan salam semoga senantiasa (terlimpahkan) kepada junjungan kita (nabi) Muhammad yang telah memberi kita petunjuk dan mengeluarkan kita dari kegelapan dan kesesatan. Dan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya yang berjuang (dengan sungguh-sungguh) dalam agama dengan tubuh-tubuh dan harta-harta (mereka). Amma ba'du.
Ini adalah kaidah-kaidah i'lal dalam shorof (karya) Syeikh Mundzir Nadzir - Sarangan, semoga rohmat Allah senantiasa terlimpahkan kepadanya serta penghapusan apa yang ada dalam kitab aslinya yang berbahasa Jawa dan menertibkan sebagian kaidahnya. Aku menulisnya sebagai pengingat bagiku dan orang-orang semacamku, memudahkanku dan mereka dalam menghafalkannya, dan (semoga) menjadi simpanan bagiku dan kedua orangtuaku di hari kiamat. Amin.
1. Kaidah Pertama
١- الْقَاعِدَةُ اْلاُوْلىَ:
إِذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَاْليَاءُ بَعْدَ فَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فىِ كِلْمَتَيْهِمَا اُبْدِلَتَا أَلِفًا. مِثْلُ: صَانَ وَبَاعَ أَصْلُهُمَا صَوَنَ وَبَيَعَ.
Apabila ada wawu dan ya' berharakat jatuh setelah fathah yang bersambung dalam satu kata, maka wawu dan ya' itu diganti menjadi alif.
Misalnya: صَانَ  dan بَاعَ asalnya صَوَنَ dan بَيَعَ.

( تَنْبِيْهٌ لِلْقَاعِدَةِ اْلاُوْلىَ)

إِذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَاْليَاءُ وَكَانَتْ مَا قَبْلَهُمَا مَفْتُوْحَةً اُبْدِلَتَا أَلِفَا، نَحْوُ: صَانَ وَبَاعَ.
هَذَا إِنْ كَانَتْ حَرْكَتُهُمَا أَصْلِيَّةً.
فَإِنْ كَانَ عَارِضَةً لَمْ يُعْتَدَّ بِهَا، نَحْوُ: دَعَوُا الْقَوْمَ.
وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ لاَمِ اْلفِعْلِ، يُشْتَرَطُ أَنْ يَكُوْنَ مَا بَعْدَهُمَا غَيْرَ سُكُوْنٍ وَإِلاَّ صُحِّحَتَا، نَحْوُ: بَيَانٍ وَطَوِيْلٍ وَخَوَرْنَقٍ.
فَإِنْ كَانَتَا لاَمًا وَجَبَ اْلإِعْلاَلُ مَا لَمْ يَكُنْ السَّاكِنُ بَعْدَهُمَا أَلِفًا وَيَاءً مُشَدَّدَةً كَرَمَيَا وَعَلَوِيٍّ، وَذَلِكَ نَحْوُ: يَخْشَوْنَ أَصْلُهُ يَخْشَيُوْنَ.
Peringatan Untuk Kaidah Yang Pertama
Apabila ada wawu dan ya' berharokat dan huruf sebelumya (berharokat) fathah, maka wawu dan ya' itu diganti menjadi alif.
Misalnya: صَانَ  dan بَاعَ.
Ini apabila harokat (wawu dan ya') adalah (harokat) asli. 
Apabila harokatnya 'aridloh (baru muncul/tidak asli) maka (harokat) itu tidak diperhitungkan (dianggap).
Misalnya: دَعَوُا الْقَوْمَ.
Apabila (wawu atau ya') itu bukan berupa lam fi'il, maka disyaratkan huruf sesudahnya tidak sukun (mati) jika tidak demikian maka keduanya tidak berubah.
Contohnya: بَيَانٍ, طَوِيْلٍdan خَوَرْنَقٍ.
Apabila wawu dan ya' itu adalah lam fi'il maka wajib di i'lal (dirubah jadi alif) selama huruf yang sukun (mati) setelahnya bukan alif atau ya' musyaddadah (bertasydid) seperti Romaya dan 'Alawiyyin. Contohnya: يَخْشَوْنَ, asalnya يَخْشَيُوْنَ.
2. Kaidah Kedua
٢- الْقَاعِدَةُ الثَّانِيَةُ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ وَاْليَاءُ عَيْنًا مُتَحَرِّكَةً مِنْ أَجْوَفٍ[1] وَكَانَ مَا قَبْلَهُمَا سَاكِنًا صَحِيْحًا نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا إِلىَ مَا قَبْلَهُمَا.
نَحْوُ: يَقُوْمُ وَيَبِيْعُ أَصْلُهُمَا يَقْوُمُ وَيَبْيِعُ.
Apabila ada wawu dan ya' menjadi 'Ain (fi'il) berharakat dari binak ajwaf dan huruf sebelumnya huruf sohih yang mati maka harakat wawu dan ya dipindah ke huruf sebelumnya.
Misal: يَقُوْمُ dan يَبِيْعُ asalnya يَقْوُمُ dan يَبْيِعُ.
* 'Ain fi'il: huruf kedua dari fi'il (kata kerja) yang terdiri dari 3 huruf, wazannya fa'ala (Fa' - 'Ain - Lam) 
* Binak ajwaf: fi'il yang huruf keduanya berupa huruf 'illat (wawu atau ya')
* Huruf sohih artinya selain huruf 'illat alif, wawu dan ya'. 
3. Kaidah Ketiga
٣- الْقَاعِدَةُ الثَّالِثَةُ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ وَاْليَاءُ بَعْدَ أَلِفٍ زَائِدَةٍ أُبْدِلَتَا هَمْزَةً، بِشَرْطِ أَنْ يَكُوْنَا عَيْنًا  فىِ اسْمِ فَاعِلٍ[2] وَطَرَفًا فىِ مَصْدَرٍ.
مِثْلُ: صَائِنٌ وَسَائِرٌ وَكِسَاءٌ وَبِنَاءٌ، أَصْلُهَا: صَاوِنٌ وَسَايِرٌ وَكِسَاوٌ وَبِنَايٌ.
Apabila ada wawu dan ya'  jatuh setelah alif zaidah (tambahan) maka keduanya diganti hamzah dengan syarat wawu atau ya' itu menjadi 'ain fi'il dalam isim fa'il dan (huruf) terakhir dari mashdar.
Misal: صَائِنٌ, سَائِرٌ, كِسَاءٌ dan بِنَاءٌ, asalnya صَاوِنٌ, سَايِرٌ, كِسَاوٌ, dan بِنَايٌ.
* Isim fa'il: kata yang menunjukkan pelaku pekerjaan
* Mashdar: kata yang menunjukkan pekerjaan tanpa disertai dengan waktu.
* Kaidah ini berlaku untuk isim fa’il tsulatsi mujarrod (yang  terdiri dari 3 huruf yang tidak ada tambahannya). Untuk fi’il selain tsulatsi kaidah ini tidak berlaku misalnya:  مُتَلاَوِمٌ  dan  مُبَايِعٌ
4. Kaidah Keempat
٤- الْقَاعِدَةُ الرابعة:
إِذَا اجْتَمَعَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ فىِ كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ وَسُبِقَتْ اِحْدَاهُمَا بِالسُّكُوْنِ أُبْدِلَتِ الْوَاوُ يَاءً وَاُدْغِمَتِ اْليَاءُ اْلاُوْلىَ فىِ الثَّانِيَةِ.
نَحْوُ: مَيِّتٌ وَمَرْمِيٌّ، أَصْلُهُمَا: مَيْوِتٌ وَمَرْمُوْيٌ.
Apabila wawu dan ya' berkumpul dalam satu kata dan salah satunya (dari wawu dan ya') didahului (dengan) bacaan sukun (mati), maka wawu itu diganti menjadi ya' lalu ya' yang pertama dimasukkan ke ya' yang kedua.
Misalnya: مَيِّتٌi dan مَرْمِيٌّ, asalnya مَيْوِتٌ dan مَرْمُوْيٌ.
5. Kaidah Kelima
٥- الْقَاعِدَةُ الْخَامِسَةُ:
إِذَا تَطَرَّفَتِ الْوَاوُ وَاْليَاءُ وَكَانَتَا مَضْمُوْمًا اُسْكِنَتَا. نَحْوُ: يَغْزُوْ وَيَرْمِىْ، أَصْلُهُمَا: يَغْزُوُ وَيَرْمِيُ.
Apabila wawu dan ya' berharakat dhommah berada di akhir kata maka keduanya di-sukun (dibaca mati)
Misal: يَغْزُوْ dan يَرْمِىْ asalnya يَغْزُوُ dan يَرْمِيُ.
6. Kaidah Keenam

٦- الْقَاعِدَةُ السَّادِسَةُ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ رَابِعَةً فَصَاعِدًا فىِ الطَّرْفِ وَلَمْ يَكُنْ مَا قَبْلَهَا مَضْمُوْمًا اُبْدِلَتْ يَاءً. نَحْوُ: يَرْضَى وَيَقْوَى، أَصْلُهُمَا: يَرْضَوُ وَيَقْوَوُ.
Apabila wawu diakhir kata menjadi huruf keempat dan seterusnya dan huruf sebelumnya tidak berharokat dhommah maka wawu itu diganti menjadi ya'.
Misal: يَرْضَى  dan يَقْوَى, asalnya يَرْضَوُ  dan يَقْوَوُ.

7. Kaidah Ketujuh
۷- الْقَاعِدَةُ السَّابِعَةُ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ بَيْنَ الْفَتْحَةِ وَالْكَسْرَةِ الْمُحَقَّقَةِ وَقَبْلَهَا حَرْفُ الْمُضَارَعَةِ تُحْذَفُ. نَحْوُ: يَعِدُ، أَصْلُهُ: يَوْعِدُ.
Apabila ada wawu berada di antara fathah dan kasroh yang nyata, dan sebelum wawu huruf mudloro'ah, maka wawu itu dibuang (dihilangkan).
Misal: يَعِدُ  asalnya يَوْعِدُ.
* Huruf mudloro'ah: huruf yang berada diawal fi'il mudlori' yaitu hamzah, nun, ya' dan ta'.
8. Kaidah Kedelapan
٨- الْقَاعِدَةُ الثّامِنَةُ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ بَعْدَ كَسْرَةٍ فىِ اسْمٍ أَوْ فِعْلٍ اُبْدِلَتْ يَاءً . نَحْوُ: رَضِيَ وَغَازٍ، أَصْلُهُمَا: رَضِوَ وَغَازِوٌ.
Apabila ada wawu jatuh setelah kasroh dalam isim atau fi'il maka diganti ya'.
Misal: رَضِيَ  dan غَازٍ, asalnya رَضِوَ  dan غَازِوٌ.
9. Kaidah Kesembilan
٩- الْقَاعِدَةُ التَّاسِعَةُ:
إِذَا لَقِيَتِ اْلوَاوُ وَاْليَاءُ السَّاكِنَتَانِ بِحَرْفٍ سَاكِنٍ آخَرَ حُذِفَتَا. نَحْوُ: صُنْ وَسِرْ، أَصْلُهُمَا: اُصْوُنْ وَاِسْيِرْ.
Apabila ada wawu dan ya' sukun (mati) bertemu dengan huruf mati yang lain maka wawu dan ya' itu dibuang.
Misalnya: صُنْ  dan سِرْ, asalnya  اُصْوُنْ  dan اِسْيِرْ.
10. Kaidah Kesepuluh
١٠- الْقَاعِدَةُ الْعَاشِرَةُ:
إِذَا اجْتَمَعَ فىِ كَلِمَةٍ حَرْفَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ أَوْ مُتَقَارِبَانِ فىِ الْمَخْرَجِ يُدْغَمُ اْلأَوَّلُ فىِ الثَّانىِ بَعْدَ جَعْلِ الْمُتَقَارِبَيْنِ مِثْلَ الثَّانىِ لِثَقْلِ الْمُكَرَّرِ . نَحْوُ: مَدَّ وَمُدَُِّ وَاتَّصَلَ، أَصْلُهَا: مَدَدَ وَاُمْدُدْ وَاِوْتَصَلَ.

Apabila dalam satu kata berkumpul 2 huruf yang sama atau berdekatan makhroj-nya maka huruf yang pertama dimasukkan ke huruf yang kedua setelah menjadikan huruf pertama dari huruf yang berdekatan makhroj-nya seperti huruf yang kedua karena beratnya pengulangan.
Misal: مَدَّ, مُدَُِّ  dan اتَّصَلَ asalnya مَدَدَ, اُمْدُدْ, dan اِوْتَصَلَ.
* Makhroj: tempat keluarnya huruf.



11. Kaidah Kesebelas
١١- الْقَاعِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ:
اَلْهَمْزَتَانِ إِذَا الْتَقَتَا فىِ كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ ثَانِيَتُهُمَا سَاكِنَةٌ وَجَبَ اِبْدَالُ الثَّانِيَةِ بِحَرْفٍ نَاسِبٍ إِلىَ حَرْكَةِ اْلاُوْلىَ.
نَحْوُ: ءَامَنَ وَاُوْمُلْ وَاِيْدِمْ، أَصْلُهَا: أَأْمَنَ وَاُؤْمُلْ وَإِئْدِمْ.

Apabila ada 2 hamzah bertemu dalam satu kata, dan hamzah yang kedua itu sukun (mati), maka hamzah yang kedua harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harokat hamzah yang pertama.
Misal: ءَامَنَ, اُوْمُلْ dan اِيْدِمْ, asalnya أَأْمَنَ, َاُؤْمُلْ dan إِئْدِمْ.
12. Kaidah Keduabelas
١٢- الْقَاعِدَةُ الثَّانِيَةَ عَشَرَةَ:
إِنَّ الْوَاوَ وَالْيَاءَ السَّاكِنَتَيْنِ لاَ تُبْدَلاَنِ أَلِفًا إِلاَّ إِذَا كَانَ سُكُوْنُهُمَا غَيْرَ أَصْلِيٍّ بِأَنْ نُقِلَتْ حَرْكَتُهُمَا إِلىَ مَا قَبْلَهُمَا.
نَحْوُ: أَجَابَ وَأَبَانَ، أَصْلُهُمَا: أَجْوَبَ وَأَبْيَنَ.

Sesungguhnya wawu dan ya' yang sukun (mati) tidak diganti menjadi alif kecuali jika sukunnya tidak asli, dengan (cara) memindahkan harokat wawu dan ya' pada huruf sebelumnya.
Misal: أَجَابَ  dan أَبَانَ, asalnya أَجْوَبَ  dan أَبْيَنَ.
13. Kaidah Ketigabelas
١٣- الْقَاعِدَةُ الثَّالِثَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاوُ طَرَفًا بَعْدَ ضَمٍّ فىِ اسْمٍ مُتَمَكِّنٍ فىِ اْلأَصْلِ اُبْدِلَتْ يَاءً، فَقُلِبَتِ الضَّمَّةُ كَسْرَةً بَعْدَ تَبْدِيْلِ الْوَاوِ يَاءً.
نَحْوُ: تَعَاطِيًا وَتَعَدِّيًا، أَصْلُهُمَا: تَعَاطُوًا وَتَعَدُّوًا.
Apabila wawu yang berada di akhir (kata) jatuh setelah dhommah dalam isim mutamakkin (yang menerima tanwin) dalam asalnya, wawu itu diganti menjadi ya', maka (harokat) dhommahnya diganti kasroh setelah pergantian wawu ke ya'.
Misal: تَعَاطِيًا  dan تَعَدِّيًا, asalnya تَعَاطُوًا  dan َتَعَدُّوًا.
14. Kaidah Keempatbelas
١٤- الْقَاعِدَةُ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا كَانَتِ الْيَاءُ سَاكِنَةً وَكَانَ مَا قَبْلَهَا مَضْمُوْمًا اُبْدِلَتْ وَاوًا. نَحْوُ: يُوْسِرُ وَمُوْسِرٌ، أَصْلُهُمَا: يُيْسِرُ وَمُيْسِرٌ.
Apabila ada ya' sukun (mati) dan sebelumnya ada huruf yang berharokat dhommah, maka ya' itu diganti menjadi wawu.
Misalnya: يُوْسِرُ  dan مُوْسِرٌ, asalnya يُيْسِرُ  dan مُيْسِرٌ.
15. Kaidah Kelimabelas
١٥- الْقَاعِدَةُ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ:
إِنَّ اسْمَ مَفْعُوْلٍ إِذَا كَانَ مِنْ مُعْتَلٍّ الْعَيْنِ وَجَبَ حَذْفُ وَاوِ الْمَفْعُوْلِ مِنْهُ عِنْدَ ِشِيْبَوَيْهِ. نَحْوُ: مَصُوْنٌ وَمَسِيْرٌ، أَصْلُهُمَا: مَصْوُوْنٌ وَمَسْيُوْرٌ.
Seseungguhnya isim maf'ul jika dari (fi'il) mu'tal 'ain maka menurut Syibawaih wawu dari isim maf'ulnya harus dibuang.
Misalnya: مَصُوْنٌ  dan مَسِيْرٌ, asalnya مَصْوُوْنٌ  dan مَسْيُوْرٌ.
* isim maf'ul: kata yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan (obyek).
16. Kaidah Keenambelas
١٦- الْقَاعِدَةُ السَّادِسَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا كَانَ فَاءُ افْتَعَلَ صَادًا أَو ضَادًا أَو طَاءً أَوْ ظَاءً، قُلِبَتْ تَاؤُهُ طَاءً لِتَعَسُّرِ النُّطْقِ بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ . وَإِنَّمَا تُقْلَبُ التَّاءُ بِالطَّاءِ لِقُرْبِهَا مِنَ التَّاءِ مَخْرَجًا . نَحْوُ: اصْطَلَحَ وَاضْطَرَبَ وَاطَّرَدَ وَاظَّهَرَ، أَصْلُهَا: اِصْتَلَحَ وَاِضْتَرَبَ وَاِطْتَرَدَ وَاِظْتَهَرَ.

Apabila fa' (fi'il wazan) ifta'ala adalah (huruf) shod, atau dlod, atau tho' atau dho', maka (huruf) ta'nya diganti tho' karena sulitnya pengucapan setelah huruf-huruf ini.
(Huruf) ta' itu digantikan tho' karena kedekatan makhrojnya dengan ta'.
Misal: اصْطَلَحَ, اضْطَرَبَ, اطَّرَدَ dan اظَّهَرَ, asalnya اِصْتَلَحَ, اِضْتَرَبَ, اِطْتَرَدَ dan اِظْتَهَرَ.
17. Kaidah Ketujuhbelas
١۷- الْقَاعِدَةُ السَّابِعَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا كَانَ فَاءُ افْتَعَلَ دَالاً أَوْ ذَالاً أَوْ زَاءً، قُلِبَتْ تَاؤُهُ دَالاً لِعُسْرِ النُّطْقِ بِالتَّاءِ  بَعْدَ هَذِهِ الْحُرُوْفِ. وَإِنَّمَا تُقْلَبُ التَّاءُ دَالاً لِقُرْبِهَا مِنَ التَّاءِ مَخْرَجًا. نَحْوُ: اِدَّرَأَ وَاِذَّكَرَ وَاِزْدَجَرَ، أَصْلُهَا: اِدْتَرَأَ وَاِذْتَكَرَ وَاِزْتَجَرَ.
Apabila fa' (fi'il wazan)  ifta'ala adalah  (huruf) dal, atau dzal, atau za', maka (huruf) ta'nya diganti dal karena sulitnya pengucapan (huruf) ta' setelah huruf-huruf ini.
(Huruf) ta' itu diganti dal karena kedekatan makhrojnya dengan ta'.
Misalnya: اِدَّرَأَ, اِذَّكَرَ dan اِزْدَجَرَ, asalnya اِدْتَرَأَ, اِذْتَكَرَ dan اِزْتَجَرَ.
18. Kaidah Kedelapanbelas
١٨- الْقَاعِدَةُ الثَّامِنَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا كَانَ فَاءُ افْتَعَلَ وَاوًا أَوْ يَاءً أَوْ ثَاءً قُلِبَتْ فَاؤُهُ تَاءً لِعُسْرِ النُّطْقِ بِحَرْفِ اللَّيْنِ السَّاكِنِ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنْ مُقَارَبَةِ الْْمَخْرَجِ وَمُنَافَاةِ الْوَصْفِ، ِلأَنَّ حَرْفَ اللَّيْنِ مَجْهُوْرَةٌ وَالتَّاءُ مَهْمُوْسَةٌ. [3]
نَحْوُ: اِتَّصَلَ وَاِتَّسَرَ وَاِثَّغَرَ، أَصْلُهَا: اِوْتَصَلَ وَاِيْتَسَرَ وَاِثْتَغَرَ.
وَإِنْ كَانَ ثَاءً يَجُوْزُ قَلْبُ تَاءِ افْتَعَلَ ثَاءً  ِلاتِّحَادِهِمَا فىِ الْمَهْمُوْسَةِ. نَحْوُ: اِثَّغَرَ، أَصْلُهُ: اِثْتَغَرَ.
Apa fa' (fi'il wazan) ift'ala adalah (huruf) wawu, atau ya' atau tsa' maka fa' (fi'il)nya diganti (huruf) ta' karena sulitnya pengucapan huruf layyin yang sukun (mati) karena kedekatan makhroj antara keduanya dan sifat yang saling meniadakan, karena sifat huruf layyin jahr  dan sifat huruf ta' hams.
Misalnya: اِتَّصَلَ, اِتَّسَرَ dan اِثَّغَرَ, asalnya اِوْتَصَلَ, َاِيْتَسَرَ dan اِثْتَغَرَ.
Apabila fa' (fi'il)nya huruf tsa' maka boleh mengganti ta' nya wazan ifta'ala menjadi tsa' karena kesamaannya dalam (sifat) hams.
Misalnya: اِثَّغَرَ, asalnya اِثْتَغَرَ.
* Sifat jahr: mencegah jalannya nafas serta huruf karena kuatnya pegangan pada makhrojnya, huruf jahr ada 19 dikumpulkan dalam lafal: Adhuma waznu qoori-in dzi ghodldlin jadda tholab  
* Sifat hams: berjalannya nafas serta huruf karena lemahnya pegangan pada makhrojnya, huruf hams ada 10 dikumpulkan dalam lafal fahitsahu syakhshun sakata.
19. Kaidah Kesembilanbelas
١٩- الْقَاعِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ:
إِذَا كَانَ فَاءُ تَفَعَّلَ وَتَفَاعَلَ تَاءً أَوْ ثَاءً أَوْ دَالاً أَوْ ذَالاً أَوْ زَايًا أَوْ سِيْنًا أَوْشِيْنًا  أَوْ صَادًا أَوْ ضَادًا أَوْ طَاءً أَوْ ظَاءً، يَجُوْزُ قَلْبُ تَائِهِمَا بِمَا يُقَارِبُهُ فىِ الْمَخْرَجِ بَعْدَ جَعْلِ أَوَّلِ الْمُتَقَارِبَيْنِ مِثْلَ الثَّانىِ لِلْمُجَانَسَةِ مَعَ اجْتِلاَبِ هَمْزَةِ الْوَصْلِ لِيُمْكِنَ اْلاِبْتِدَاءُ بِالسَّاكِنِ.
نَحْوُ: اِتَّرَّسَ وَاِثَّاقَلَ وَاِدَّثَّرَ وَاِذَّكَّرَ وَاِزَّجَّرَ وَاِسَّمَّعَ وَاِشَّقَّقَ وَاِصَّدَّقَ وَاِضَّرَّعَ وَاِظَّهَّرَ وَاِطَّاهَرَ، أَصْلُهَا: تَتَرَّسَ وَتَثَاقَلَ وَتَدَثَّرَ وَتَذَكَّرَ وَتَزَجَّرَ وَتَسَمَّعَ وَتَشَقَّقَ وَتَصَدَّقَ وَتَضَرَّعَ وَتَظَهَّرَ وَتَطَاهَرَ.

Apabila fa' (fi'ilnya wazan) tafa'ala dan tafaa'ala adalah huruf ta', atau tsa', atau dal, atau dzal, atau sin, atau syin, atau shod, atau dlod, atau tho', atau dho', maka diperbolehkan mengganti (huruf) ta' (dari wazan tafa'ala/dan tafaa'ala) dengan huruf yang makhrojnya berdekatan setelah menjadikan huruf pertama yang berdekatan makhrojnya seperti huruf yang kedua karena sejenis serta memunculkan hamzah washol agar bisa memulai (pengucapan) dengan (huruf) yang mati.
Misalnya: اِتَّرَّسَ, اِثَّاقَلَ, اِدَّثَّرَ, اِذَّكَّرَ, اِزَّجَّرَ, اِسَّمَّعَ, اِشَّقَّقَ, اِصَّدَّقَ, اِضَّرَّعَ, اِظَّهَّرَ dan اِطَّاهَرَ, asalnya تَتَرَّسَ, تَثَاقَلَ, تَدَثَّرَ, تَذَكَّرَ, تَزَجَّرَ, تَسَمَّعَ, تَشَقَّقَ, تَصَدَّقَ, تَضَرَّعَ, تَظَهَّرَ dan تَطَاهَرَ.



[1]     غير مضعّف اللام
[2]     أى فى الفعل الثلاثي المجرد، وأما فى غيره فلا تبدل الواو والياء، نحو: مُتَلاَوِمٌ ومُبَايِعٌ.
[3]     (مهجورة) أي لها صفة الجهر وهي منع جريان النفس مع الحرف لقوة الإعتماد عليه فى مخرجه،  وحروف الجر تسعة عشر حرفا يجمعها قولك: عظم وزن قارئ ذى غض جد طلب
       (مهموسة) أي لها سصة الهمس وهي جريان النس مع الحرف لضعف الإعتماد عليه فى مخرجه، وحروف الهمس عشرة، يجمعها قولك: فحثه شخص سكت.